
Menurut dia, penyelenggaraan UN ulangan pada 2010 sebenarnya pemberian kesempatan bagi siswa yang gagal dalam UN utama, namun kenyataannya ada siswa yang nilai UN ulangannya jauh lebih baik dibandingkan siswa yang lulus.
Hal tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan, sekaligus perasaan tidak adil bagi siswa yang lulus UN dengan nilai pas-pasan, sebab mereka tidak memiliki kesempatan mengulang UN.
Akan tetapi, kata dia, saat itu memang perlu UN ulangan, sebab formulasi UN belum mengakomodasi kemampuan siswa secara komprehensif, akhirnya banyak siswa yang gagal hanya karena UN. "Formulasi UN tahun lalu memang sudah menjadikan ujian sekolah sebagai salah satu penentu kelulusan, selain UN. Namun, praktiknya keduanya bisa saling membunuh," kata Muhdi yang juga Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu.

Terkait dengan perubahan formulasi UN pada 2011, ia mengharapkan pemerintah segera menetapkan dan menyosialisasikannya kepada pihak sekolah, sebab hal itu berkaitan erat dengan kesiapan sekolah. Ia mengakui saat ini memang masih ada perdebatan terkait bobot masing-masing, yakni UN dan ujian sekolah, sementara Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengusulkan perbandingan 60:40 untuk UN dan ujian sekolah.
Tetapi, kata Muhdi, pada prinsipnya formulasi UN 2011 sudah lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, sebab UN tidak lagi 'didewakan' oleh sekolah dengan menyiapkan siswanya secara mati-matian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar